ke ti ka fatwa kau jadikan sebagai alat perebut kuasa
gerombolan anak manusia lacur dalam arus
limbur menggelora
sementara yang lain berlarian dengan kaki berdarah tusukan kaca
aku lelah
dengan hingar bingar teriakan penjual nama
yang menjanjikan masa depan dengan cermin buram masa lalu
yang muram
tak seberapa bersih dari noda
anjing terkekeh bercadar citra
sang raja melolong
mengancam pemilik gua kecil dengan adidayanya
lacak jejak mengalih perhatian seluruh penghuni rimba mala
agar mereka tak mengoceh lagi tentang kesepakatan yang maya
dan janji kian menyublim dalam panas udara
ke mana aku mesti bertanya
perihal cara penghapus duka penanti surga
dan perempuan - perempuan penjual lenguh
yang tertawa dalam rekayasa
saat erangan menjadi lagu abai yang biasa
hanya jadi senandung pengiring mandi pemilik tahta
yang di tanah jerih, yang di langit masih terlena
pun tubuhku zahir - baru bernafas pada masa sabda raja bisa
mematikan sesama saudaranya
masih pedih bersenggama
dengan duka dan luka masa lalu tanpa jeda
No comments:
Post a Comment
Ayo..... tekan tuts keyboardnya.....