jika dengan jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu
dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu
kau melengos dalam kajang lilin pertama
bulan berbunga di pucuk mahoni
ketika itu
dalam pasang sepiku
rindu bertikai tak pernah jerih
terhempas gelombang atas huma
kau tergelincir berpasang tawa
di sungai ciwulan
kampung naga
tasikmalaya
banyak orang pacaran
seabreg orang menikah
tapi segelintir yang sempat mengalami cinta
kini apa yang dapat teranyam dari anjing menggonggong
alas pandan wangi adalah anyam-anyaman duka citamu
sebelum langit menggulung tikar
sebelum desau mengulum kekasihmu yang menggelayut di ranting hujan
abad berlalu
desirnya nyiur menghadang buih
deburnya kungung di bui bunyi
tanpa jeruji
tanpa kasasi
hatimu beringas melembah ngarai
berlarian tak tentu kiblat
lebih bergegas ketimbang gema
o, andai sombong diperbolehkan
sudah tentu akan kusombongkan agama bapakku
dan jika dengan jancuk pun tak sanggup aku menjumpaimu
dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu
Sujiwo Tejo, 2011